Jelutung si Pohon Permen Karet
Aku yakin bahwa semua pembaca telah pernah mengunyah permen karet. Tapi aku juga yakin bahwa hampir semua pembaca tidak tahu bahwa karet untuk permen karet berasal dari getah tanaman yang tumbuh di rawa-rawa Kalimantan dan Sumatra.
Nama pohon tersebut adalah Jelutung atau Pantung. Demikianlah orang-orang Kalimantan menyebut tanaman permen karet ini. Di Sumatera tanaman jelutung disebut labuai, di Semenanjung Melayu disebut ye-luu-tong, dan di Thailand disebut teen-peet-daeng. Tanaman rawa hutan hujan tropis ini mempunyai nama latin Dyera spp.
Marilah kita mengenal barang sedikit tentang pohon jelutung. Seperti telah disebutkan di atas, selain dari getahnya, jelutung juga diambil kayunya. Kayu jelutung cukup bagus karena pohon jelutung di alam diameternya bisa mencapai lebih dari 2 meter. Tinggi pohon jelutung bisa mencapai 40 meter. Artinya jelutung adalah pohon yang besar.
Daun jelutung mirip sekali dengan daun pule. Bijinya berada dalam polong lonjong berwarna coklat.
Selain sebagai bahan permen karet, getah jelutung juga bisa digunakan untuk bahan perekat, vernis, ban untuk motor/mobil balap, water proofing serta sebagai bahan isolator dan barang-barang kerajinan lainnya. Foto dibawah ini adalah patung yang dibuat dari getah jelutung, produk masyarakat dayak di Kalimantan Tengah.
Indonesia adalah pengekspor getah jelutung terbesar di dunia. Namun sayang, saat ini hutan jelutung banyak yang musnah karena penebangan kayu dan kebakaran. Padahal, getah jelutung adalah salah satu sumber ekonomi masyarakat sekitar hutan yang cukup berarti. Penebangan jelutung dilakukan karena kayu jelutung juga layak dijadikan kayu bangunan dan bahan mebeler.
Upaya penanaman kembali jelutung kini telah dimulai. Berbagai pihak telah membantu masyarakat untuk menanami lahan rawa yang rusak karena aktifitas penebangan dan akibat kebakaran. Di Kalimantan saja, luas lahan hutan rawa yang rusak lebih dari 400 ribu hektar.
Apakah mengebunkan jelutung ekonomis? Menurut Balai Informasi Kehutanan Jambi, satu hektar kebun jelutung, per tahun, bisa menghasilkan sampai 13,5 juta dari getahnya. Jika jelutung sudah tak menghasilkan getah, saat diameter pohon sudah mencapai 50 cm, pohonnya bisa ditebang untuk dijadikan kayu. Dalam satu hektar kebun jelutung bisa neghasilkan 117 juta! Lahan rawa, apalagi yang rawa gambut, sangat tidak layak untuk dijadikan kebun sawit. Oleh sebab itu lahan rawa yang sudah terbuka harus ditanami dengan tanaman asli yang bisa tumbuh di rawa-rawa. Jelutung adalah salah satu jenis tumbuhan asli yang cocok ditanam di lahan rawa.
Nah daripada rawa terbuka tak memberi manfaat, mari kita tanami dengan tanaman permen karet. Selain memberi hasil, penutupan lahan rawa juga bisa menyumbang penyerapan karbon. Artinya, sambil mengurangi pemanasan global, kita dapat hasil.
Kita peduli, hutan lestari, masyarakat berseri. Semoga.
Sumber:
1. Petunjuk Lapangan Budidaya Jelutung Di Lahan Rawa, World Education Indonesia, 2009.
2. Jelutung. Balai Informasi Kehutanan Provinsi Jambi.
3. Jelutung (Dyera spp.) Dan Strategi Pengembangannya Di Lahan Rawa Kalimantan Selatan Sebagai Penunjang Peningkatan Ekonomi Masyarakat Lokal. Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Bahtimi, Yusuf. Mei 2009.
1. Petunjuk Lapangan Budidaya Jelutung Di Lahan Rawa, World Education Indonesia, 2009.
2. Jelutung. Balai Informasi Kehutanan Provinsi Jambi.
3. Jelutung (Dyera spp.) Dan Strategi Pengembangannya Di Lahan Rawa Kalimantan Selatan Sebagai Penunjang Peningkatan Ekonomi Masyarakat Lokal. Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Bahtimi, Yusuf. Mei 2009.
Foto dari teman-teman World Education Indonesia, Proyek Tanjung Puting.
Read more: http://baltyra.com/2010/02/11/jelutung-si-pohon-permen-karet/#ixzz3T34c37Pf
0 komentar:
Posting Komentar