Pada provinsi Jawa Barat terdapat banyak macam suku. Mayoritas suku yang terbesar di Jawa Barat adalah suku Sunda. Ada beberapa suku kecil yang terdapat di provinsi Jawa Barat. Salah satunya adalah Suku Cirebon. Suku Cirebon yang berada di daerah pantai utara memiliki keanekaragama budaya bahkan suku Cirebon merupakan suku yang memiliki kebudayaan sendiri dan mandiri.
Suku Cirebon adalah perpaduan antara dua suku besar yaitu suku Jawa dan suku Sunda. Akulturasi kedua suku tersebut melahirkan suku yang mandiri yaitu suku Cirebon. Sejak dahulu hingga sekarang suku Cirebon adalah suku yang berbeda dari suku Jawa dan suku Sunda. Hal itu terlihat dari jejak sejarah yang termuat dan terungkap dalam kitab Purwaka Caruban Nagari, nama “Cirebon” berasal dari kata Sarumban yang jika diucapkan maka menjadi caruban. Seiring perkembangan caruban berubah menjadi carbon, cerbon dan akhirnya menjadi Cirebon. Sarumban memiliki arti Campuran, maka Cirebon berarti Campuran.
Pada Abad 15 keberadaan Suku Cirebon bermula dari sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Situasi di Muara Jati sangat produktif. Sektor perdagangan menjadi ladang usaha yang kuat di daerah tersebut. Banyak kapal-kapal singgah disana termasuk kapal dari luar negeri. Seiring perkembangan daerah Muara Jati menjadi kerajaan Cirebon pada masa pangeran Walangsungsang putra Prabu Siliwangi yang sampai saat ini ada.
Sejak perdagangan mulai berkembang pesat di daerah Muara Jati yang sekarang menjadi Cirebon, perkembangan Islam di daerah tersebut sudah mulai berkembang. Mayoritas masyarakat Cirebon memeluk agama Islam. Adapun Islam yang ada dalam masyarakat Cirebon memiliki kekhasan. Hal itu karena Islam di Ceirebon berakulturasi dengan kebudayaan setempat. Selain itu penyebaran agam Islam berkembang pesat diantaranya karena ada walisongo yang terkenal yaitu Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di Daerah Cirebon.
Masyarakat Cirebon adalah masyarakat yang lahir dari akulturasi budaya Sunda dan Jawa termasuk lahir dari masa animisme dan dinamisme yang percaya kepada hal-hal yang bersifat kepercayaan. Diantara kepercayaaan itu adalah misal mereka percaya bahwa jika seorang gadis duduk di depan pintu maka gadis tersebut akan sulit menemukan jodoh. Selain itu, jika seorang gadis menyapu tidak sampai bersih dan meninggalkan kotoran maka gadis tersebut diyakini akan memiliki suami yang memiliki jenggot. Seiring perkembangan zaman serta masuk agama Islam, masyarakat Cirebon lebih mulai rasional dalam memandang apapun termasuk persoalan yang ada. Banyak perubahan dalam masyarakat Cirebon yang mengedepankan sikap-sikap rasional dalam menentukan banyak hal dalam kehidupan.
Dalam segi tata kelola pemerintahan serta organisasi sosial dalam masyarakat Cirebon terdapat sistem pemerintahan seperti adanya Bupati dan Walikota beserta aparatur. Namun secara budaya setempat dan sejarah yang telah terjadi dalam masyarakat Cirebon adapula Sistem pemerintahan kerajaan yaitu keraton. Dalam lingkungan keraton ada keturunan raja yang menjabat sebagai Sultan Cirebon. Ada beberapa keraton di daerah Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan.
Untuk mata pencaharian masyarakat Cirebon bervariatif seperti nelayan, pedagang, petani dan industri. Cirebon terkenal dengan mata pencaharian nelayan dimana Cirebon adalah salah satu pemasok terbesar terasi. Hal ini bisa kita urut dari sejarah bahwa Cirebon adalah pelabuhan. Selain itu dari segi nama Cirebon memiliki arti Ci adalah air dan Rebon adalah udang. Di daerah pesisir selatan Cirebon mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Di daerah pegunungan atau daerah dekat pusat kota masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani. Adapula pabrik-pabrik dan toko-toko sebagai mata pencaharian masyarakat Cirebon.
Ada hal yang unik dari masyarakat Cirebon yaitu adalah bahasa. Masyarakat Cirebon dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Cirebon. Bahasa Cirebon mendapat pengaruh dari budaya Sunda. Hal itu terjadi karena Cirebon berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka, dan juga dipengaruhi oleh Budaya China, Arab dan Eropa. Hal ini terbukti dengan adanya kata "Taocang (Kuncir)" yang merupakan serapan China, kata "Bakda (Setelah)" yang merupakan serapan Bahasa Arab dan kemudian kata "Sonder (Tanpa) yang merupakan serapan bahasa eropa (Belanda). Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya isun (saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi oleh bahasa Jawa Baku.
Hal unik lain dari Cirebon adalah kesenian dan kerajinan yang banyak dan berlimpah diantaranya adalah kesenian tari Topeng, Sintren, Batik, Kesenian Gembyung, Lukisan kaca, Tarling, Sandiwara Cirebonan dan Topeng Cirebon. Salah satu ciri khas dari kerajinan Cirebon adalah Batik yang terkenal dengan motif Mega Mendung.
0 komentar:
Posting Komentar