Hari baik itu diramalkan jatuh pada 15 Januari 1559. Adalah astrolog,
astronom, sekaligus matematikawan John Dee yang menentukan kapan
penobatan Ratu Inggris Elizabeth I harus dilakukan. Demi mimpi
mewujudkan kerajaan yang gilang gemilang.
Seperti yang dikutip dari liputan6.com,
Tepat pukul 12.00 siang, Elizabeth I dimahkotai dalam upacara yang
megah, ruangan dihiasi permadani dinding mahal warisan kerajaan, piring
yang terbuat dari emas ditata di atas meja untuk wadah hidangan. Owen
Oglethorpe, Uskup Carlisle memimpin prosesi yang dilangsungkan di
Westminster Abbey itu.
Elizabeth menjadi ratu pada usia 25 tahun. Ia mewarisi takhta dari
saudari tirinya Mary I yang mangkat pada 17 November 1558. Ia adalah
keturunan Henry VIII yang ketiga yang menjadi penguasa Inggris.
Tiga hari sebelumnya, dalam rangka menyiapkan penobatannya, Elizabeth
pergi ke Tower of London, tempatnya pernah ditahan oleh saudari tirinya
Ratu Mary I — yang merasa ia bisa mengancam tahktanya, sekaligus lokasi
di mana ibunya, Anne Boleyn dipenggal atas tuduhan perselingkuhan — yang
konon dibuat-buat oleh ayahnya, Raja Henry VIII agar dapat menikahi
Jane Seymour.
Sejak awal kekuasannya, Elizabeth diharapkan segera menikah dan membuahkan anak. Namun, ia melajang hingga akhir hayat.
Ada beberapa alasan yang membuatnya memilih selibat. Sejumlah teori
menyebut, cara ayahnya memperlakukan istri-istrinya membuat Elizabeth
trauma untuk menikah.
Versi lain menyebut, ia tak pernah bisa menikah dengan pria yang
benar-benar ia cintai. Lelaki itu, Robert Dudley, sudah menikah lebih
dulu. Dan meski istrinya, Mary telah meninggal, ia tak mungkin bersatu
dengan sang ratu. Pernikahan mereka bakal memicu skandal besar.
Belakangan, muncul teori ketiga yang ‘gawat’. Elizabeth I disebut-sebut
sejatinya adalah seorang pria. Dugaan itu diangkat dalam sebuah buku
berjudul “The King’s Deception” karya penulis Amerika Serikat, Steve
Berry.
Dalam buku itu disebut, Elizabeth yang asli meninggal dunia saat kecil,
di sebuah kawasan pedesaan tempatnya melarikan diri dari wabah yang
merebak di ibukota: Desa Cotswold, Bisley, Gloucestershire. Tepat pada
malam sebelum Henry VIII menengok putri kesayangannya itu.
Panik tak terelakkan, pengasuh Elizabeth, Lady Kat Ashley punya alasan
untuk takut mengatakan pada raja, tentang berita duka cita ini.
Bisa-bisa nyawa mereka melayang disiksa dengan bengis. Apalagi, empat
anak Henry VIII meninggal saat kecil. Satu lainnya adalah Edward yang
sakit-sakitan di usianya yang kelima, dan seorang perempuan muda berusia
20 tahun yang belum menikah dan merana karena patah hati.
Pengasuh itu lantas mengubah bocah laki-laki canggung bernama Neville untuk menyaru sebagai sang putri.
Setelah memakamkam Elizabeth di peti batu di bawah tanah istana,
pengasuh dan pengawal yang bersekutu itu mulai mengajarkan Neville
bagaimana untuk jadi putri sesungguhnya.
“Tak ada yang curiga. Mengira perubahan fisiknya adalah akibat
pertumbuhan dari gadis cilik menjadi gadis remaja,” demikian dimuat
Daily Mail 8 Juni 2013. Termasuk, Elizabeth yang dulunya pemalu jadi
berani dan angkuh.
Kisah tentang anak lelaki dari Bisley dan temuan makam tersembunyi gadis
yang dikebumikan dengan segela kemewahan ala bangsawan tinggi pernah
diangkat dalam sebuah buku karya pengarang “Dracula” Bram Stoker —
“Imposter”.
Versi mana yang benar, belum bisa dipastikan. Ratu berjuluk “The Virgin
Queen” itu membawa rahasia hidupnya hingga ke liang kubur. Ia meninggal
pada 24 Maret 1603 di Richmond Palace.
Ia digantikan James I atau James VI of Scotland, putra Mary, Ratu Skotlandia. Dinasti Tudor pun berakhir, digantikan Stuarts.
0 komentar:
Posting Komentar