Goa Lawa yang Penuh Pesona
Meski aku punya hobi jalan-jalan dan motret keindahan alam, aku jarang sekali membuat rencana yang baik dalam melakukan perjalanan wisata, misalnya dengan mencari informasi mengenai obyek-obyek wisata yang ada di daerah yang sedang aku kunjungi. Tempat-tempat wisata tersebut lebih sering aku temukan secara kebetulan, salah satunya adalah Goa Lawa di Trenggalek, Jawa Timur.
Tempat ini juga terbaca secara tak sengaja ketika aku dan anakku sedang jalan-jalan ke Pantai Prigi.
“pulangnya kita mampir dulu ke Goa itu ya, mumpung lokasinya sekali jalan” kataku pada anakku.
Goa Lawa (Lowo sebutan dalam bahasa Jawanya) berlokasi di desa Watuagung kecamatan Watu limo,Trenggalek, searah dalam rute perjalanan ke Pantai Prigi, tempatnya tidak sulit ditemukan karena sebuah papan besar terpampang di tepi jalan yang menunjukkan adanya obyek wisata di tempat ini.
Lokasi wisata memiliki area parkir yang cukup luas dan dilengkapi dengan warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman, jadi meskipun tidak membawa bekal makanan, gak perlu khawatir akan kelaparan.
Untuk masuk ke lokasi kita harus membayar tiket masuk yang tidak mahal, Rp 4.000 per orang.
Memasuki tempat ini aku langsung dibuat terpesona, sebuah jembatan membentang diatas sungai yang tidak terlalu lebar, semakin masuk ke dalam rasa itu semakin membungkah. Jejeran pohon jati, bebatuan dengan aneka bentuk dan ukuran makin menambah kekaguman.
Terlihat bahwa tempat ini dikelola dengan baik. Sebuah terowongan dengan bentuk yang artistik begitu menarik. Setelah melewati terowongan kita masih harus terus berjalan untuk sampai di pintu goa.
Terus terang aku jadi ragu untuk meneruskan perjalanan, apalagi ketika melihat pengunjung yang balik dari arah goa semuanya terlihat letih, sehingga sempat aku berkomentar pada anakku “ mama gak ikut deh, cape’!” Tapi anakku dan adikku yang menjadi anggota jalan-jalan terus menyemangati. “sayang ma, udah sampai sini.” Terpaksalah aku mengikuti mereka.
Semangat yang dipompakan mereka surut lagi ketika aku melihat bahwa untuk mencapai lokasi masih harus menapaki anak-anak tangga, meskipun warna warnihandrail nya menarik hati. Meski demikian aku terus juga berjalan pelan-pelan, mengatur nafas dan sebentar-sebentar menyapu keringat yang mulai bercucuran, padahal udaranya sejuk nyaman.
Aku melihat anakku berhenti seolah terpana di puncak tangga, lalu bersorak ke arahku: “Ma…. Wow…!” Teriakannya mampu membuatku kembali semangat dan jadi penasaran.
Ternyata komentar yang sama spontan keluar dari mulutku sebagai tanda kagum atas apa yang aku saksikan. Pemandangan yang begitu indah.
Kami mendekati beberapa orang yang nampaknya berfungsi sebagai pemandu wisata, setelah berbincang sebentar, perjalanan kami menyusuri goa ini akhirnya ditemani oleh pak Kuseno, seorang laki-laki paruh baya yang ramah, darinya kami mendengar cerita, campuran fakta dan legenda.
Menurutnya, goa yang panjangnya dikabarkan mencapai 2 km ini lokasinya ditemukan oleh Mbah Lomejo yang melakukan ritual kejawen disebuah goa kecil tidak jauh dari goa ini, pada tahun 1931.
Dalam persemediannya mbah Lomejo didatangi seorang wanita cantik, tapi anehnya bersayap yang dikenal dengan sebutan Sri Ratu Lowo . Dalam wangsit yang didapatkan melalui mimpi yang menyatakan bahwa ada goa besar tempat bersarang ribuan kelelawar, oleh karenanya nama goa ini kemudian dikenal dengan sebutan goa kelelawar (Lawa, Lowo).
Pak Kuseno menceritakan bahwa pada tahun 1984 goa ini pernah diteliti oleh orang dari Perancis (Robert Kingstone Kho dan Gilbert Manthovani), dari mereka diketahui bahwa goa ini merupakan goa terbesar di Asia.
“jalan di goa ini kalem-kalem aja, pelan-pelan masuk goa ini, sambil lihat-lihat situasi, lihat stalagtitnya yang bentuknya macem-macem dan ventilasi udaranya menuju ke atas” katanya. “selama di dalam goa ini tak perlu khawatir kekurangan oksigen karena di dalam goa ini ada sungai yang mengalir” begitu jelasnya.
Sepanjang perjalanan kami terus berbincang, beliau menanyakan dari mana kami tahu tentang goa ini “denger dari internet ya?” tanyanya.
Beliau menitip pesan agar kami juga ikut mempromosikan tempat ini, karena dilihatnya aku tidak henti-hentinya mengambil gambar.
Panorama di dalam goa sungguh mempesona apalagi dengan efek cahaya warna-warni yang dihasilkan dari lampu-lampu yang dipasang hampir disepanjang goa. Stalaktit dan stalakmitnya jadi semakin terlihat indah.
Stalaktit yang dalam bahasa Yunani stalasso, berarti “yang menetes” adalah jenis speleothem (mineral sekunder) yang menggantung dari langit-langit gua kapur. Dalam bahasa ingggris disebut dripstone. Sedangkan Stalagmit : Batuan kapur yang menonjol di dasar gua kapur.
Tetesan mineral yang menetes dari langit-langit goa pada dahulu kalanya meninggalkan bekas dalam bentuk aneka rupa, kita bebas berfantasi terhadap bentuk yang kita lihat. Ada yang seperti katak raksasa, seperti telunjuk manusia dan pilar penyangga.
0 komentar:
Posting Komentar